APAKAH MASIH SAMA?

0 komentar
Akhir-akhir ini aku jadi susah tidur. Karena belajar? Mungkin. Belajar memahami kamu yang sekarang. Entah ini hanya perasaanku saja atau ini nyata adanya.Yang pasti aku telah lupa bagaimana rasanya diperhatikan oleh kamu yang dulu. Sekarang kita masih satu kota, dan mungkin nanti cepat atau lambat kita akan dipisahkan oleh jarak. Tapi kenapa semakin dekat waktu kita untuk berpisah malah semakin dingin? Ya sikapmu, dingin.
Dulu kita sering sekali merelakan waktu tidur kita hanya untuk berbincang melalui via telepon. Apa yang kita perbincangkan? Bukan hal yang penting kan? Ngalor-ngidul, saling ledek, dan bahkan seringkali kamu memainkan gitar untukku diujung teleponmu dan yang paling konyol salah satu diantara kita tak ingin menutup telepon sampai salah satu dari kita tertidur. Ah, aku rindu.
Umm... Aku juga rindu ini......
"Selamat pagi sayang. Jangan lupa sarapan! Semangat sekolahnya :)"
"Udah pulang? Jangan lupa shalat sama makan siang ya :)"
"Selamat menunaikan ibadah shalat maghrib sayang :)"
"Hallo, +62838xxxxxxx2 had missing you. Please reply or give something pleasure. Lol :D"
Dan yang terakhir......
"Good night, have a nice dream. I miss you :)"
Wah. Aku rindu, sungguh!
Pernah waktu itu rasanya aku seperti orang bodoh. Menatap layar handphone dan menunggu sampai sekitar pukul setengah 9 malam akan ada pesan atau telepon dari kamu. Ya, memang benar. Ada pesan dan telepon dari kamu. Kamu tahu bagaimana senangnya aku waktu itu? Bukan kepalang. Tapi ada benarnya juga jika Tuhan selalu mengirimkan kebahagiaan dan kesedihan dalam satu paket.
Awalnya aku berharap dengan isi pesan kamu yang bertanya "sedang ada dirumah?" itu akan menyatakan kalau kamu malam ini akan pergi kerumahku untuk sekedar membayar rasa rindu kamu, tapi aku salah, sangat salah. Tak berapa lama setelah pesan kamu masuk, tertera di layar handphoneku ada panggilan masuk dari kamu. Aku segera menerima panggilan itu, dan disana ada suara orang yang sangat aku rindukan, kamu.
"Assalamu'alaikum. Kamu malam ini ada dirumah? Aku boleh ke rumah kamu gak? Aku butuh bantuan kamu buat bikinin surat dispensasi atlit-atlit......."
Huffft. Aku tahu sebenarnya ini memang tidak sopan, menutup telepon saat kamu belum selesai bicara. Tapi aku juga tak ingin membiarkan rasa sesak di dadaku semakin menjadi.
Yah, perempuan. Hanya bisa memendam dan tiba-tiba meneteskan air mata. Bersamaan dengan tangisku malam itu, aku rasa kamarku menjadi semakin dingin. Kantung mataku menebal. Mataku sembab.
Tak berapa lamu handphoneku bergetar, ada pesan dari kamu rupanya.
"Kenapa teleponnya dimatiin? Kalau emang kamu gak bisa bantuin gak apa apa, aku gak maksa. Makasih. Selamat malam."
HAH?! Apalagi ini?! Kenapa?!
Ya Tuhaaaan. Ingin sekali malam itu aku menjerit, membanting handphone! Apa sih yang sebenarnya ada di pikiran kamu? Kenapa kamu jadi seperti ini. Egois. Dingin. Dan selalu menyalahkan aku.
Semakin lama, semakin terasa perubahan itu. Tak ada lagi kata-kata manis, kata-kata manja, dan kata-kata 'aku rindu kamu'. Seringkali setiap ada kesempatan aku selalu bilang 'kamu berubah' dan kamu hanya menjawab 'aku gak berubah!' 'kamu kurang sabar!' 'tenang aja sih!'.
Tenang? Baiklah kalau kamu ingin aku tenang. Tapi jika nanti aku tak lagi bisa merindukan, menyayangi dan memperhatikan kamu aku minta kamu yang tenang, yang sabar, dan jangan pernah kamu bilang jika aku berubah.
Aku sekarang sadar. Kamu, bukan lagi orang yang aku sayang dulu.